Essay

Operasi Plastik, Manifestasi Kecantikan yang Membawa Luka

Juni 16, 2017
Beauty is always doomed.” - William Burroughs, Ghost of Chance.

Bicara soal penampilan, saya langsung teringat potongan lagu Bruno Mars, ‘Just The Way You Are’. Sebagai seorang perempuan, tentu saja saya ingin dikelilingi oleh orang-orang yang menerima saya apa adanya. Tapi sudahkah saya menerima diri saya sendiri?

Bohong besar kalau saya tak merasa terganggu dengan ketidaksempurnaan tubuh saya. Perut saya melar dan dipenuhi strecthmarks karena pernah melahirkan dua anak. Kantung mata saya punya kantung mata. Jarang sekali saya keluar rumah tanpa menggambar alis yang setipis lembaran rumput laut.

Tapi apa ketidaksempurnaan ini akan membuat saya ingin menjalani operasi plastik? Saat ini tentu tidak, toh isi dompet saya seperti lagunya Utopia, "Antara Ada Dan Tiada". Tapi andai saya punya rekening yang berlimpah ruah…saya mungkin ingin menjalani abdominoplasty untuk mengoreksi perut agar lebih kencang. Saya juga ingin mengoperasi kantung mata yang punya kecenderungan untuk ada dan terus berlipat ganda.

Bicara soal operasi plastik, saya jadi teringat ‘Shi Gan’ (2006) arahan sutradara Korea Selatan, Kim Ki-Duk. 'Shi-Gan’ bercerita tentang Seh-hee yang takut ditinggalkan pacarnya Ji-woo. Ia lalu memperbarui wajahnya secara drastis melalui operasi plastik agar Ji-woo tak bosan terhadapnya. Tapi, apakah dengan wajah baru berarti semua masalah selesai?

Ketika Penampilan Perempuan Terus Jadi Sorotan


Faktanya, satu dari lima perempuan Korea Selatan pernah menjalani operasi plastik, tertinggi di dunia. Di negara ini, iklan-iklan operasi plastik dapat dengan mudah ditemukan. Media massa pun turut ‘mempromosikan’ operasi plastik dengan membangun standar kecantikan tertentu. Banyak anak yang menabung sejak dini untuk melakukan modifikasi pada wajah dan tubuh mereka. Hal ini meresahkan bagi Doyeon Noh hingga akhirnya ia memproduksi ‘Human Form’ yang menggambarkan fenomena operasi plastik dan perspektik kecantikan yang dianggapnya ekstrem dan berlebihan.

‘Human Form’ berkisah mengenai Inhyung, gadis remaja yang sejak kecil melihat wajahnya berbeda dari ibu dan orang-orang di sekitarnya. Menjelang kelulusannya, ia pun meminta orantuanya untuk operasi plastik namun ditolak. Tak ingin terus menerus tertekan karena ‘berbeda’, ia nekat mendaftar sebagai kelinci percobaan di sebuah klinik kecantikan misterius.

“Di Korea, kami sering dinilai berdasarkan penampilan. Oleh karenanya, operasi plastik menjadi penting agar kami bisa diterima bekerja nantinya. Saya sendiri tak menganggap operasi plastik itu buruk. Setiap orang berhak  melakukan apapun terhadap tubuh mereka. Tapi di saat yang bersamaan, saya melihat penampilan adalah bagian terbesar dari identitas manusia. Film ini tak hanya berbicara tentang operasi plastik, tapi juga tentang identitas manusia,” ungkap Noh dalam sebuah wawancara bersama Viddsee BUZZ.

Konsumsi budaya Kpop yang menguat selama dua atau tiga dekade terakhir membuat perempuan Korea menyamakan kecantikan dengan kesuksesan profesional dan ekonomi. Sayangnya, kritik feminis terhadap objektivitas tubuh hampir tak terdengar, dan argumen bahwa operasi ini adalah upaya untuk mencoba tampil seperti orang kulit putih kian memudar. Kebangkitan budaya Kpop menciptakan estetika kecantikan yang sama sekali baru, mengadaptasi fitur-fitur fisiologis ras Kaukasia namun tak meniru secara mentah-mentah.

Banjir Wisata Operasi Plastik di Korea Selatan


Pemerintah Korea Selatan menganggarkan dana sebesar 4 juta dolar untuk mempromosikan industri pariwisata medis, yang didominasi oleh operasi plastik. Mereka mengharapkan satu juta turis medis setahun pada 2020. Wisatawan China menjadi segmen terbesar dari industri ini. Seoul Touch Up yang merupakan badan pariwisata medis yang disetujui oleh pemerintah memberikan pernyataan di materi pemasarannya bahwa “Perempuan Korea bisa dibilang lebih diobjektifikasi oleh rekan prianya dibandingkan dengan perempuan lain di dunia.”

Membanjirnya permintaan operasi plastik dari industri pariwisata nyatanya membawa konsekuensi. Dr. Cha dari asosiasi dokter bedah plastik menyatakan bahwa semakin banyak rumah sakit dan dokter tanpa kualifikasi yang tak berlisensi muncul. “Jika ada 10 ahli bedah plastik di luar sana, ada 100 lagi yang tak memenuhi syarat."

Konstruksi Kesempurnaan Perempuan di Media Massa


Ada banyak perdebatan di kalangan feminis sendiri mengenai operasi plastik.   Menyampingkan pandangan agama, apakah hak untuk merekonstruksi tubuh dan wajah lantas salah? Sebagai pihak yang selalu dinilai berdasarkan penampilan, body shaming sudah menjadi makanan sehari-hari. Semua perempuan setidaknya ingin meningkatkan kecantikan mereka, entah itu melalui diet atau makeup hingga operasi plastik. Faktanya, semua orang punya hak sepenuhnya untuk melakukan apapun terhadap tubuh mereka. 

Tapi kita tak bisa mengabaikan kekuatan media massa dan dunia hiburan yang punya andil kuat dalam membentuk persepsi akan kecantikan. Menurut Official Journal of the American Academy of Pediatrics, media memerankan peran krusial dalam pembentukan citra tubuh  dan menciptakan harapan yang tak realistis dan ketidapuasan tubuh. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa gadis remaja yang rutin membaca majalah fashion dan kecantikan cenderung memiliki citra tubuh yang menyimpang. Prevalensi gangguan makan sering dikaitkan dengan tampilan visual perempuan yang kurus di media massa. Media massa khususnya hiburan mendorong norma kecantikan tertentu tentang penampilan dan apa yang seharusnya menjadi ideal.

Kegelisahan Doyeon Noh dalam melihat fenomena operasi plastik sebagai menjadi norma yang diterima masyarakat adalah kegelisahan kita semua. Tak ada yang salah dengan operasi plastik, yang salah adalah cara media massa menggiring persepsi kita semua bahwa perempuan itu harus memiliki 3B: Beauty, Brain, dan Behaviour. Selama perempuan masih menjadi objek yang dieksploitasi, debat pro dan kontra operasi plastik akan terus ada.


Jangan salah, saya mencintai semua ketidaksempurnaan yang ada sekarang. Tapi selama bentuk fisik saya belum seindah Song He Kyo, sampai kapanpun akan selalu ada kegelisahan yang bersembunyi di timbunan lemak itu...



: